Sabtu, 23 Januari 2016

Alasan ke-9: Bekerja keras adalah bekerja secara kreatif dan gigih

Steve Jobs bersama dengan Steve Wozniak adalah pendiri perusahaan Apple Komputer dan telah menjadi multi-jutawan sebelum berumur 30 tahun [i]. Guru elektroniknya di sekolah tinggi Homestead - Hohn McCollum - memanggilnya sebagai “something of a loner” dan “always had a different way of looking at things”.
Memulai kerja di sebuah garasi milik keluarganya, Steve Jobs melakukan inovasi ide tentang personal komputer sehingga merevolusi industri hardware and software komputer. Ketika berumur 21 tahun, dia dan temannya Wozniak, membuat personal komputer yang disebuat Apple. Apple merubah ide orang tentang komputer dari kotak besar yang hanya bisa digunakan oleh perusahaan besar dan pemerintah, menjadi kotak kecil yang digunakan orang biasa. Tidak ada perusahaan yang melakukan demokratisasi komputer untuk pengguna yang lebih mudah lagi dari komputer buatan perusahaan Apple.
Selanjutnya, dalam hal software, Jobs melakukan riset untuk Macintosh yang mengenalkan tampilan Windows dan teknologi mouse yang dibuat standar untuk semua aplikasi. Hal ini memungkinkan orang untuk berinteraksi lebih mudah dengan komputer. Dengan mouse kita bisa mengklik display obyek pada screen untuk menjalankan perintah tertentu.
Kisah lain, kita mengenal Aristoteles Onassis sebagai orang terkaya dunia. Ia lahir dari sebuah keluarga miskin, yang hidupnya selalu kekurangan. Konon, ayahnya adalah penjaja dagangan buatan sendiri dari pintu ke pintu, dan ibunya pembantu rumah tangga. Ia merantau ke Amerika Serikat saat berumur 17 tahun dengan bekal hanya $450 dalam sakunya [ii].
Keberhasilannya adalah perpaduan antara kreatif dan kegigihan. Sebuah kisah menggambarkan bakat bisnis Onassis pada masa mudanya. Pada suatu hari, terjadi kebakaran di satu gudang sekolah. Onassis membeli seonggok pinsil bekas kebakaran itu dengan harga murah, lalu membeli dua alat peruncing pensil. Ia berdua dengan temannya mulai membersihkan bagian-bagian pensil yang hangus, dan kemudian menjual pensil-pensil itu kepada teman-teman di sekolah. Di usia dewasa, ia memperbaiki kapal-kapal laut yang rusak dan membuatnya layak melaut, lalu menjualnya dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Untuk memasarkan tembakau Yunani yang terkenal baik, setelah ditolak terus oleh banyak pabrik, ia menemui Juan Gaona, salah satu firma tembakau terbesar di Argentina. Selama 15 hari berturut-turut, Onassis bersandar pada dinding gedung Gaona untuk mengamati datang dan perginya bos itu. Akhirnya Gaona merasa tergoda juga oleh perilaku orang muda ini, dan ia mengundang Onassis ke kantornya.
Contoh yang sama kita temukan misalnya pada diri Haji Masagung. Keberadaan Toko Gunung Agung hingga saat ini tidak lepas dari akrobat bisnis yang dilakukan seorang bekas anak jalanan, Tjio Wie Tay alias Haji Masagung. Dalam buku “Bapak Saya Pejuang Buku” yang ditulis putranya, Ketut Masagung, diceritakan bahwa ia tumbuh sebagai anak pemberani [iii]. Ia pernah menjadi "manusia karet di panggung pertunjukkan" senam dan aerobatik dan juga pedagang rokok keliling.
Wie Tay yang digambarkan sebagai anak yang banyak kudis di kepala dan borok di kaki ini nekat menemui Lie Tay San, seorang saudagar rokok besar kala itu. Dengan modal 50 sen, ia memulai usaha menjual rokok keliling di daerah Senen dan Glodok. Pada saat bersamaan mereka juga mulai serius berbisnis buku. Setelah itu mereka membuka toko 3x3 meter persegi, kemudian diperluas menjadi 6x9 meter persegi. Bisnis buku inilah yang kemudian membuat usahanya meluas