Steve Jobs bersama
dengan Steve Wozniak adalah pendiri perusahaan Apple Komputer dan telah menjadi
multi-jutawan sebelum berumur 30 tahun [i]. Guru
elektroniknya di sekolah tinggi Homestead - Hohn McCollum - memanggilnya
sebagai “something of a loner” dan “always had a different way of looking at
things”.
Memulai kerja di sebuah
garasi milik keluarganya, Steve Jobs melakukan inovasi ide tentang personal
komputer sehingga merevolusi industri hardware and software komputer. Ketika
berumur 21 tahun, dia dan temannya Wozniak, membuat personal komputer yang
disebuat Apple. Apple merubah ide orang tentang komputer dari kotak besar yang
hanya bisa digunakan oleh perusahaan besar dan pemerintah, menjadi kotak kecil
yang digunakan orang biasa. Tidak ada perusahaan yang melakukan demokratisasi
komputer untuk pengguna yang lebih mudah lagi dari komputer buatan perusahaan
Apple.
Selanjutnya, dalam hal software,
Jobs melakukan riset untuk Macintosh yang mengenalkan tampilan Windows dan
teknologi mouse yang dibuat standar untuk semua aplikasi. Hal ini memungkinkan
orang untuk berinteraksi lebih mudah dengan komputer. Dengan mouse kita bisa
mengklik display obyek pada screen untuk menjalankan perintah tertentu.
Kisah lain, kita
mengenal Aristoteles Onassis sebagai orang terkaya dunia. Ia lahir dari sebuah
keluarga miskin, yang hidupnya selalu kekurangan. Konon, ayahnya adalah penjaja
dagangan buatan sendiri dari pintu ke pintu, dan ibunya pembantu rumah tangga.
Ia merantau ke Amerika Serikat saat berumur 17 tahun dengan bekal hanya $450
dalam sakunya [ii].
Keberhasilannya adalah
perpaduan antara kreatif dan kegigihan. Sebuah kisah menggambarkan bakat bisnis
Onassis pada masa mudanya. Pada suatu hari, terjadi kebakaran di satu gudang
sekolah. Onassis membeli seonggok pinsil bekas kebakaran itu dengan harga murah,
lalu membeli dua alat peruncing pensil. Ia berdua dengan temannya mulai
membersihkan bagian-bagian pensil yang hangus, dan kemudian menjual
pensil-pensil itu kepada teman-teman di sekolah. Di usia dewasa, ia memperbaiki
kapal-kapal laut yang rusak dan membuatnya layak melaut, lalu menjualnya dengan
harga yang jauh lebih tinggi.
Untuk memasarkan
tembakau Yunani yang terkenal baik, setelah ditolak terus oleh banyak pabrik,
ia menemui Juan Gaona, salah satu firma tembakau terbesar di Argentina. Selama
15 hari berturut-turut, Onassis bersandar pada dinding gedung Gaona untuk
mengamati datang dan perginya bos itu. Akhirnya Gaona merasa tergoda juga oleh
perilaku orang muda ini, dan ia mengundang Onassis ke kantornya.
Contoh yang sama kita
temukan misalnya pada diri Haji Masagung. Keberadaan Toko Gunung Agung hingga
saat ini tidak lepas dari akrobat bisnis yang dilakukan seorang bekas anak
jalanan, Tjio Wie Tay alias Haji Masagung. Dalam buku “Bapak Saya Pejuang Buku”
yang ditulis putranya, Ketut Masagung, diceritakan bahwa ia tumbuh sebagai anak
pemberani [iii]. Ia pernah
menjadi "manusia karet di panggung pertunjukkan" senam dan aerobatik
dan juga pedagang rokok keliling.
Wie Tay yang digambarkan sebagai anak yang
banyak kudis di kepala dan borok di kaki ini nekat menemui Lie Tay San, seorang
saudagar rokok besar kala itu. Dengan modal 50 sen, ia memulai usaha menjual
rokok keliling di daerah Senen dan Glodok. Pada saat bersamaan mereka juga
mulai serius berbisnis buku. Setelah itu mereka membuka toko 3x3 meter persegi,
kemudian diperluas menjadi 6x9 meter persegi. Bisnis buku inilah yang kemudian
membuat usahanya meluas
[ii] Hendriadi. 2008. “Aristoteles
Onassis”. http://hendriadi.blogdetik.com/.....
/aristoteles-onassis
[iii] Ridof Saputra. 2006. Kisah
Sukses: Haji Masagung. http://www.mail-archive.com/jamaah@arroyyan.com/msg02353.html