Minggu, 24 Januari 2016

Alasan ke-13: Karena berkerja keras adalah prinsip hidup muslim

Seorang muslim  mestilah sungguh-sungguh dalam berkerja dengan mengerahkan seluruh kemampuan fisik, pikiran, dan hati. Ini untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai khalifah yang harus memimpin dunia. Janji sebagai umat terbaik tidaklah tercipta dengan sendirinya, tapi mesti diraih, dikejar dan diupayakan. Bumi diciptakan untuk tempat membanting tulang, sedangkan manusia adalah yang berkerja di atasnya. “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya" (surat Huud: 61). Pada hakekatnya, hanya dengan berkerja lah manusia dapat memanusiakan dirinya. Dalam surat An Najm: 39 disebutkan bahwa keberhasilan dan kemajuan manusia dimuka bumi ini tergantung pada usahanya. Semakin keras ia berkerja semakin banyak yang diperolehnya.

Berkerja keras dalam Islam adalah berkerja dengan sungguh-sungguh disertai dengan tawakkal kepada Allah SWT. Berkerja dimaksud adalah berkerja yang hingga kepayahan (Al Ghaasyiyah: 3). Sesungguhnya, Allah ta’ala senang melihat hambanya bersusah payah (kelelahan) dalam mencari rezki yang halal”. Nabi berdoa: “Ya Allah! Berikanlah keberkahan kepada umatku, pada usaha yang dilakukan di pagi hari “ [i]. Cinta Rasulullah kepada kerja keras ditunjukkan saat beliau “mencium” tangan Sa’ad bin Mu’adz  si pekerja kasar. Berkerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu hidup selamanya dan berkerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu meninggal besok. 
Rasulullah bersabda: “Allah mencintai setiap mukmin yang berkerja untuk keluarganya dan tidak menyukai mukmin pengangguran, baik untuk pekerjaan dunia maupun akhirat. Ibadah ada sepuluh: sembilan di antaranya dalam mencari penghidupan (berkerja), dan satunya dalam ritual “ [ii].
Islam mendorong ummatnya berusaha mencari rezeki supaya kehidupan mereka menjadi baik dan menyenangkan. Bumi, laut dan langit ada untuk dimanfaatkan secara halal. Sebagaimana firman Allah dalam surah An Naba: 10-11: “Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk penghidupan”. Malam hari untuk beristirahat dan mengumpulkan tenaga dan siang hari berkerja mencurahkan tenaga. Aisyah pernah meriwayatkan bahwa Rasululah bersabda: “Hal-hal yan paling menyenangkan yang engkau nikmati adalah yang datang dari hasil tanganmu sendiri, anak-anakmu berasal dari apa yang engkau hasilkan” [iii]. Nabi juga bersabda: “Berusaha mendapatkan nafkah yang halal adalah kewajiban disamping tugas-tugas lainnya yang telah diwajibkan” [iv].
Ketika ditanya usaha apakah yang paling baik? Rasul menjawab yaitu usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan semua jual beli yang baik” [v]. Rasul melengkapinya dengan mengatakan “Pedagang yang amanah dan benar akan bersama dengan para syuhada di hari kiamat nanti” [vi]



[i] Hadits HR. Tirmidzi dikutip dari Yusanto dan Muhammad, K. W, 2002:115.
[ii] Sabrur R Soenardi. Wajib Giat Berkerja. 11 Agustus 2008. Sebagaimana diriwayatkan Thabrani dalam Al-Kabir. http://www.percikaniman.org/...  
[iii] Hadits riwayat HR. Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah.
[iv] Hadits riwayat HR. Baihaqi.
[v] Hadits riwayat HR. Hakim.
[vi] Hadits riwayat HR. Ibnu Majah dan al-Hakim.