Sabtu, 23 Januari 2016

Alasan ke-3: Karena bekerja keras lahir dari hati yang bersyukur

Keluarga Nabi Daud bekerja untuk bersyukur akan nikmat Allah. Inilah arti sebenarnya bekerja. Dalam konsep ESQ, kita lihat indikasi, bahwa kerja yang sukses lahir dari hati yang patuh. Hati yang bulat dan kuat, hati yang bersyukur.
ESQ adalah konsep kecerdasan yang menggabungkan tiga kecerdasan IQ, EQ dan SQ [i]. IQ dikenal pertama kali sebagai kemampuan mengingat, menghafal dan menghitung (numerical) yang diperkenalkan Alfred Binnet tahun 1905. EQ ditemukan Daniel Goleman, dimana diyakini bahwa kecerdasan emosi adalah bentuk kemampuan seseorang memahami diri sendiri, orang lain, lingkungan, serta kemampuan mengambil keputusan tepat dengan cara tepat, dan dalam waktu yang juga tepat. EQ diyakini menjadi kunci keberhasilan seseorang. Kenyataannya kemudian, IQ dan EQ saja belum cukup. Ternyata banyak orang sukses merasa ”kering”, stres, dan merasa kurang dihargai. Intinya, ia kehilangan makna atau menderita spiritual pathologis. Tahun 1990-an lahirlah kesadaran perlunya aspek spiritual (SQ) dipertimbangkan.
Akhirnya, diyakini bahwa agar manusia mampu mengelola kehidupannya ia butuh 3 kecerdasan sekaligus yaitu IQ, EQ dan SQ. Fungsi IQ adalah What I think (apa yang saya pikirkan) untuk mengelola kekayaan fisik atau materi (physical capital), fungsi EQ adalah What I feel (apa yang saya rasakan) untuk mengelola kekayaan sosial (social capital), dan fungsi SQ adalah Who am I (siapa saya) untuk mengelola kekayaan spiritual (spiritual capital). Disimpulkan bahwa pencapaian kualitas manusia ideal yang proporsional adalah manusia unggul yang cerdas secara intelektual, emosi serta spiritual. Ketiganya harus hadir sekaligus, tidak terpisah-pisah.
Untuk membangun ketiga kecerdasan tersebut secara sistematis dan integral, The ESQ Way 165 punya jalannya. Langkah pertama, adalah membangun God Conciousness atau rasa kesadaran ketuhanan, yaitu kesadaran merasa melihat dan dilihat Tuhan, dan di sinilah SQ terbentuk. Kemudian sifat-sifat ketuhanan dijadikan nilai tertinggi, maka terciptalah 1 (satu) nilai universal seperti: kejujuran, kedamaian, kebersamaan, kasih sayang, disiplin, tanggungjawab, dan keadilan yang bersumber dari asmaul husna.
Langkah kedua, dibangun 6 (enam) prinsip mental untuk membentuk kecerdasan emosi (EQ) yang terinspirasi dari 6 (enam) nilai-nilai Rukun Iman. Langkah ketiga adalah bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai spiritual (SQ) dan mentalitas (EQ) ke dalam dimensi fisik (IQ) atau langkah nyata agar tetap pada garis orbit hukum alam, sehingga menciptakan langkah dan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual. Langkah tersebut diambil dari nilai-nilai 5 (lima) Rukun Islam. Jadi, The ESQ Way 165 sesungguhnya terinspirasi dari trilogi Ihsan-Iman-Islam, yang mampu menjawab pertanyaan besar tentang bagaimana menjaga keseimbangan SQ-EQ-IQ yang menggabungkan sufisme-filosofi-sains secara ilmiah-elaboratif dan sarat sentuhan spiritual-transendental.
Dalam lima langkah sukses berdasarkan rukun Islam, khususnya pada konteks social strength, ada dua point penting, yakni strategic collaboration, dimana dikeluarkan potensi suara hati yg bersumber pada asmaul husna dan berkolaborasi dengan  lingkungan sosial melalui kebiasaan memberi. Kedua, adalah total action yaitu dengan mentransformasikan seluruh potensi diri (IQ, EQ, SQ) dan suara hati yang bersumber pada asmaul husna menjadi derap langkah secara total dalam setiap gerak kehidupan.
Untuk mencapai ini dibutuhkan serangkaian pelatihan. Training ESQ Character Building akan menjadikan peserta seorang pribadi yang memiliki karakter kuat dan tangguh[ii]. Lalu dilanjutkan dengan training ESQ Self Control untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan diri serta mengalahkan semua kelemahan. Pada training ESQ Strategic Collaboration peserta akan diajak untuk menemukan potensi yang tak ternilai yaitu kolaborasi serta menciptakan tim kerja yang solid, lalu training ESQ Total Action memberi kemampuan mengeksekusi, untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.