Sabtu, 23 Januari 2016

Alasan ke-1: Karena bekerja dan bekerja keras beda

Secara sederhana “work” adalah “physical or mental effort or activity directed toward the production or accomplishment of something”. Dalam pengertian ilmu fisika, kerja adalah transfer of energy by a force acting to displace a body”. Kerja adalah usaha dikalikan jarak. Menurut thesaurus, “hardworking” sebagai kata sifat dekat-dekat dengan hard work, diligent, perseverance, industrious, untiring, dan tireless. Kata "industri" arti asalnya tidak lain daripada "kerajinan".
Beberapa kata yang dekat dengan kerja keras di antaranya adalah rajin, tekun, ulet, teliti, sabar, sungguh-sungguh, dan tidak asal-asalan. Bekerja dengan sabar dan ulet berarti tidak mudah putus asa dan menyerah. Orang-orang yang ulet selalu bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugasnya. Penulis buku best seller “Berpfikir dan Berjiwa Besar” meyakini bahwa kesulitan apapun tidak akan tahan terhadap ketekunan dan keuletan[i]. Kerja baru disebut tuntas “bila sampai menjamah patokan tapal batas”.
Bekerja keras adalah bekerja yang susah payah. Nasehat Imam Syafi’i: ”Berangkatlah, niscaya engkau mendapat ganti untuk semua yang engkau tinggalkan. Bersusah payahlah, sebab kenikmatan hidup hanya ada dalam kerja keras. Ketika air mengalir ia akan menjadi jernih, dan ketika berhenti ia aka menjadi keruh. Singa  jika tak keluar dari sarangnya tak akan  mendapatkan mangsanya, sebagaimana anak panah tak meninggalkan busurnya tak akan mengenai sasaran. Biji emas yang belum diolah sama dengan debu di tempatnya. Ketika orang berangkat dan mulai bekerja, dia akan mulia seperti bernilainya emas”.



[i] D.J. Schwartz. 1978. Berfikir dan Berjiwa Besar: The Magic of Thinking Big. Penerbit Gunung Jati, Jakarta.