Majalah Fortune Edisi 30
Oktober 2006 secara khusus mengupas hasil penelitian tentang rahasia
keberhasilan manusia unggul, baik dari kalangan eksekutif maupun olahragawan.
Bakat atau talenta ternyata bukanlah kunci satu-satunya seseorang menjadi
sukses. Kerja keras, pelatihan yang menantang, dan pengorbanan yang dilakukan
dalam waktu yang cukup lama adalah kunci-kuncinya[i]. Bobby Fischer adalah contoh
olahragawan yang berhasil mencapai gelar Grand Master catur di usia 16 tahun. Namun,
selama 9 tahun dia berlatih secara intensif. Beberapa temuan ini menekankan
pentingnya budaya unggul (culture of
excellence) diterapkan sejak awal apabila ingin mencapai hasil terbaik.
“Budaya unggul” akan tercapai
bila digerakkan visi yang akbar, kesanggupan warga berkorban, strategi yang
cerdas, inovasi-inovasi kreatif, sikap antisipatif, dan didukung karakter
ketekunan. Manusia unggul dilihat dari spritualitasnya, intelektualitasnya, dan
etos kerjanya. Presiden SBY telah menyampaikan ini dalam beberapa kali
kesempatan. Ia pernah berujar [ii],
“Indonesia perlu memanfaatkan dan
mengembangkan budaya unggul untuk kemajuan”. Olah raga memiliki nilai-nilai
ini yaitu sportivitas, jiwa kompetitif, kerjasama, disiplin, kerja keras, dan
kejujuran. Inilah kenapa sejumlah negara komunis menjadikan olah raga sebagai
bagian dari pembangunan kebudayaan mereka.
Sikap senang bekerja keras mudah lahir apabila
kita hidup di masyarakat dengan kultur yang sesuai. Cerita SH Sarundajang (Gubernur Sulut, wawancara
dengan Kompas 13 Nov 2005), dikampungnya dulu petani sudah bangun pukul 4 pagi
dengan tetengkoren yaitu
bunyi-bunyian untuk saling membangunkan lalu ramai-ramai kerja di kebun. Ia
melihat saat ini kultur tersebut telah pudar.