Keluarga Nabi Daud bekerja
untuk bersyukur akan nikmat Allah. Inilah arti sebenarnya bekerja. Dalam konsep
ESQ, kita lihat indikasi, bahwa kerja yang sukses lahir dari hati yang patuh.
Hati yang bulat dan kuat, hati yang bersyukur.
ESQ adalah konsep
kecerdasan yang menggabungkan tiga kecerdasan IQ, EQ dan SQ [i]. IQ dikenal pertama
kali sebagai kemampuan mengingat, menghafal dan menghitung (numerical) yang diperkenalkan Alfred Binnet tahun 1905. EQ
ditemukan Daniel Goleman, dimana diyakini bahwa kecerdasan emosi adalah bentuk
kemampuan seseorang memahami diri sendiri, orang lain, lingkungan, serta
kemampuan mengambil keputusan tepat dengan cara tepat, dan dalam waktu yang
juga tepat. EQ diyakini menjadi kunci keberhasilan seseorang. Kenyataannya
kemudian, IQ dan EQ saja belum cukup. Ternyata banyak orang sukses merasa
”kering”, stres, dan merasa kurang dihargai. Intinya, ia kehilangan makna atau
menderita spiritual pathologis. Tahun
1990-an lahirlah kesadaran perlunya aspek spiritual (SQ) dipertimbangkan.
Akhirnya, diyakini bahwa
agar manusia mampu mengelola kehidupannya ia butuh 3 kecerdasan sekaligus yaitu
IQ, EQ dan SQ. Fungsi IQ adalah What I
think (apa yang saya pikirkan) untuk mengelola kekayaan fisik atau materi (physical capital), fungsi EQ adalah What I feel (apa yang saya rasakan)
untuk mengelola kekayaan sosial (social capital),
dan fungsi SQ adalah Who am I (siapa
saya) untuk mengelola kekayaan spiritual (spiritual
capital). Disimpulkan bahwa pencapaian kualitas manusia ideal yang
proporsional adalah manusia unggul yang cerdas secara intelektual, emosi serta
spiritual. Ketiganya harus hadir sekaligus, tidak terpisah-pisah.
Untuk membangun ketiga
kecerdasan tersebut secara sistematis dan integral, The ESQ Way 165 punya jalannya. Langkah pertama, adalah membangun God Conciousness atau rasa kesadaran ketuhanan,
yaitu kesadaran merasa melihat dan dilihat Tuhan, dan di sinilah SQ terbentuk.
Kemudian sifat-sifat ketuhanan dijadikan nilai tertinggi, maka terciptalah 1
(satu) nilai universal seperti: kejujuran, kedamaian, kebersamaan, kasih
sayang, disiplin, tanggungjawab, dan keadilan yang bersumber dari asmaul husna.
Langkah kedua, dibangun
6 (enam) prinsip mental untuk membentuk kecerdasan emosi (EQ) yang terinspirasi
dari 6 (enam) nilai-nilai Rukun Iman. Langkah ketiga adalah bagaimana
mengaplikasikan nilai-nilai spiritual (SQ) dan mentalitas (EQ) ke dalam dimensi
fisik (IQ) atau langkah nyata agar tetap pada garis orbit hukum alam, sehingga
menciptakan langkah dan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual.
Langkah tersebut diambil dari nilai-nilai 5 (lima) Rukun Islam. Jadi, The ESQ
Way 165 sesungguhnya terinspirasi dari trilogi Ihsan-Iman-Islam, yang mampu
menjawab pertanyaan besar tentang bagaimana menjaga keseimbangan SQ-EQ-IQ yang
menggabungkan sufisme-filosofi-sains secara ilmiah-elaboratif dan sarat
sentuhan spiritual-transendental.
Dalam lima langkah
sukses berdasarkan rukun Islam, khususnya pada konteks social strength, ada dua point penting, yakni strategic collaboration, dimana dikeluarkan potensi suara hati yg
bersumber pada asmaul husna dan
berkolaborasi dengan lingkungan sosial
melalui kebiasaan memberi. Kedua, adalah total
action yaitu dengan mentransformasikan seluruh potensi diri (IQ, EQ, SQ)
dan suara hati yang bersumber pada asmaul
husna menjadi derap langkah secara total dalam setiap gerak kehidupan.
Untuk mencapai ini dibutuhkan serangkaian pelatihan. Training ESQ Character
Building akan menjadikan peserta seorang pribadi yang memiliki karakter
kuat dan tangguh[ii]. Lalu dilanjutkan dengan training
ESQ Self Control untuk
meningkatkan kemampuan mengendalikan diri serta mengalahkan semua kelemahan.
Pada training ESQ Strategic Collaboration
peserta akan diajak untuk menemukan potensi yang tak ternilai yaitu kolaborasi
serta menciptakan tim kerja yang solid, lalu training ESQ Total Action
memberi kemampuan mengeksekusi, untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.