Seorang
muslim mestilah sungguh-sungguh dalam
berkerja dengan mengerahkan seluruh kemampuan fisik, pikiran, dan hati. Ini
untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai khalifah yang harus memimpin dunia.
Janji sebagai umat terbaik tidaklah tercipta dengan sendirinya, tapi mesti
diraih, dikejar dan diupayakan. Bumi diciptakan untuk tempat membanting tulang,
sedangkan manusia adalah yang berkerja di atasnya. “Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya"
(surat Huud: 61). Pada hakekatnya, hanya dengan berkerja lah manusia dapat
memanusiakan dirinya. Dalam surat An
Najm: 39 disebutkan bahwa keberhasilan dan kemajuan manusia dimuka bumi ini
tergantung pada usahanya. Semakin keras ia berkerja semakin banyak yang diperolehnya.
Berkerja keras dalam Islam adalah berkerja
dengan sungguh-sungguh disertai dengan tawakkal kepada Allah SWT. Berkerja
dimaksud adalah berkerja yang hingga kepayahan (Al Ghaasyiyah: 3). “Sesungguhnya, Allah ta’ala senang
melihat hambanya bersusah payah (kelelahan) dalam mencari rezki yang halal”.
Nabi berdoa: “Ya Allah! Berikanlah keberkahan kepada umatku, pada usaha yang
dilakukan di pagi hari “ [i].
Cinta Rasulullah kepada kerja keras ditunjukkan saat beliau “mencium” tangan
Sa’ad bin Mu’adz si pekerja kasar. Berkerjalah untuk duniamu
seolah-olah kamu hidup selamanya dan berkerjalah untuk akhiratmu seolah-olah
kamu meninggal besok.
Rasulullah
bersabda: “Allah mencintai setiap mukmin
yang berkerja untuk keluarganya dan tidak menyukai mukmin pengangguran, baik
untuk pekerjaan dunia maupun akhirat. Ibadah ada sepuluh: sembilan di antaranya
dalam mencari penghidupan (berkerja), dan satunya dalam ritual “ [ii].
Islam
mendorong ummatnya berusaha mencari rezeki supaya kehidupan mereka menjadi baik
dan menyenangkan. Bumi, laut dan langit ada untuk dimanfaatkan secara halal.
Sebagaimana firman Allah dalam surah An Naba: 10-11: “Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk
penghidupan”. Malam hari untuk beristirahat dan mengumpulkan tenaga dan
siang hari berkerja mencurahkan tenaga. Aisyah pernah meriwayatkan bahwa
Rasululah bersabda: “Hal-hal yan paling
menyenangkan yang engkau nikmati adalah yang datang dari hasil tanganmu
sendiri, anak-anakmu berasal dari apa yang engkau hasilkan” [iii].
Nabi juga bersabda: “Berusaha mendapatkan
nafkah yang halal adalah kewajiban disamping tugas-tugas lainnya yang telah
diwajibkan” [iv].
Ketika ditanya
usaha apakah yang paling baik? Rasul menjawab yaitu usaha seseorang dengan
tangannya sendiri dan semua jual beli yang baik” [v].
Rasul melengkapinya dengan mengatakan “Pedagang
yang amanah dan benar akan bersama dengan para syuhada di hari kiamat nanti”
[vi]
[i] Hadits HR. Tirmidzi dikutip dari Yusanto dan Muhammad, K. W, 2002:115.
[ii] Sabrur R Soenardi.
Wajib Giat Berkerja. 11 Agustus 2008. Sebagaimana diriwayatkan Thabrani dalam Al-Kabir. http://www.percikaniman.org/...
[iii] Hadits riwayat HR.
Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah.
[iv] Hadits riwayat HR. Baihaqi.
[v] Hadits riwayat HR. Hakim.
[vi] Hadits riwayat HR. Ibnu Majah dan al-Hakim.