Kita paling sering
mendengar dan ikut mengucapkan: “shalat adalah tiang agama”. Ingat: agama hadir
untuk urusan dunia dan akhirat. Jadi, shalat adalah tiang untuk dunia sekaligus
akhirat.
Shalat menimbulkan
manfaat fisik dan mental sekaligus. Manfaat kejiwaan shalat adalah
memberikan ketenangan dan kedamaian bagi yang melakukannya, serta
menuntun menjadi berdisiplin. Shalat juga dapat melatih kemampuan konsentrasi,
membiasakan diri bersih, dan mengistirahatkan syaraf. Dalam hal mental, Nabi
Muhammad SAW menjadikan shalat sebagai tempat berteduh dan peristirahatan hati
sebagaimana dalam sabda beliau: “Telah
dijadikan kelapangan ruhaniku berada dalam shalat”. Juga dalam hadits lain:
”Biarkanlah kami mendapatkan ketenangan
dan kedamaian dengan shalat, wahai Bilal…”. Untuk urusan sosial, shalat
memupuk silaturrahmi misalnya karena dilakukan secara berjamaah.
Manfaat fisiknya sangat
banyak. Penelitian Dr. Abdurrahman Al-Umari mendapatkan bahwa seorang
yang rajin shalat akan mendapatkan ketenangan dan ketentraman dalam jiwa, yang
diindikasikan keseimbangan produksi hormon dalam tubuh, sehingga memperlambat
penuaan organ tubuh. Dalam gerakan shalat terjadi peregangan (stretching) yang melenturkan tubuh dan
melancarkan peredaran darah. Dengan shalat kita menggerakan anggota tubuh lebih
banyak, termasuk jari kaki dan tangan.
Pada
shalat yang khusuk hatinya penuh dengan kecintaan pada Allah. Ketenangan hati terus menerus diulang,
mewujud dalam sifat dan perilaku yang santun, sabar dan bersahaja. Ada dimensi
lahir dan bathin dalam shalat.
Menurut
seorang ahli [i], duduk
tasyahud (al-qaadah atau julus) menghentikan aliran pembuluh
darah utama di tungkai, sehingga debit aliran darah ke otak dan lainnya
meningkat, dan mengembangkan sirkulasi melalui pembuluh kolateral di kaki. Pada
saat berdiri, saturasi oksigen di tungkai 97-100 persen dengan denyut normal.
Saat duduk dengan tekukan lutut lebih kurang 60 derajat, saturasi turun sampai
93 persen dan akhirnya denyut nadi hilang, saturasi tidak terdeteksi lagi.
Aliran darah utama berhenti total. Ini berdampak pada bertambahnya aliran darah
ke otak dan organ penting serta meningkatnya metabolisme, sehingga kita bisa
berkerja dengan konsentrasi tinggi lebih lama. Pembuluh darah menjadi lebih
elastis, sehingga dapat mencegah penyumbatan arteri, vena dan komplikasi
penyakit diabetes berupa pembusukan kaki akibat gangguan pembuluh darah.
Gerakan duduk ini ditiru Klub Gaya Hidup Ergonomis Tapak Iman dengan nama
”duduk pembakaran”.
Menurut
Jameel Kermalli [ii], sangat
banyak ganjaran untuk orang yang shalat. Shalat membuat amalan-amalan lain
diterima dan menjadi tiang untuk amalan-amalan lain. Shalat akan menambah
rezeki dan menjauhkan dari penyakit. Itulah kenapa kita diingatkan bahwa
jadikanlah shalat sebagai penolongmu.
Sebuah
riset di Amerika [iii]
menegaskan, bahwa shalat dapat memberikan kekuatan terhadap tingkat kekebalan
tubuh orang-orang yang rajin melaksanakannya melawan berbagai penyakit, salah
satunya penyakit kanker. Riset itu juga menegaskan adanya manfaat rohani,
jasmani dan akhlak yang besar bagi orang yang rajin shalat. Tubuh orang-orang
yang shalat jarang mengandung jumlah berlebihan dari protein imun antarlokin.
Ini adalah protein yang terkait dengan beragam jenis penyakit menua, serta
mempengaruhi kekebalan tubuh, stres dan penyakit-penyakit akut. Para peneliti
meyakini bahwa ibadah dapat menyugesti seseorang untuk sabar dan tahan terhadap
berbagai cobaan dengan jiwa yang toleran dan ridha.
Di
samping itu, ada beberapa hasil riset medis yang memfokuskan pada
gerakan-gerakan shalat, misalnya: gerakan takbiratul ihram berhasiat
melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan.
Gerakan rukuk bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi
tulang belakang (corpus vertebrae)
sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. I’tidal yang merupakan variasi postur
setelah rukuk dan sebelum sujud merupakan latihan pencernaan yang baik.
Pada
waktu sujud aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi
jantung yang sedang berada di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa
mengalir maksimal ke otak. Maka, aliran ini berpengaruh pada daya fikir
seseorang.
Duduk
terdiri dari dua macam, yaitu iftirosy
(tahiyyat awal) dan tawarruk
(tahiyyat akhir). Perbedaannya terletak pada posisi telapak kaki. Keduanya juga
memiliki manfaat medis. Saat iftirosy,
kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus ischiadius. Posisi ini
menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak
mampu berjalan. Sedangkan duduk tawarruk
sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria
(prostata) dan saluran vas deferens.
Jika dilakukan dengan benar, gerakan ini akan mencegah impotensi.
[i] dr. Sagiran M.Kes., SpB. Dosen
Fak Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta. Penulis ”Mukjizat Gerakan
Shalat” dalam majalah ”Alhamdulillah it’s
Friday”. 27 Agustus 2009.
[ii] Jameel
Kermalli. 2007. Quantum Shalat: Metode Praktis Meraih Kekhusukan Shalat Dalam
30 Hari. Cet. 1. Arifa Publishing, Jakarta.